TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau masih mencatatkan indeks risiko bencana yang cukup tinggi. Berdasarkan dokumen kajian risiko bencana di tahun 2024, bencana banjir merupakan salah satu bencana dengan tingkat frekuensi kejadian yang tertinggi dibanding bencana lainnya. Hal ini diungkapkan Kepala BPBD Berau, Masyhadi Muhdi saat menyampaikan laporan pada penyusunan dokumen kontingensi bencana, Selasa (29/7/2025).
Dikatakannya, banyak yang menjadi faktor penyebab mengapa bencana banjir masih termasuk tinggi dan paling sering terjadi di Berau. Diantaranya adalah intensitas curah hujan yang cukup tinggi dan tidak menentu akibat perubahan cuaca. Kemudian perkurangnya daya dukung lingkungan karena alih fungsi lahan, dan keterbatasan kapasitas infrastruktur terhadap pengendalian banjir.
“Kemudian tingginya aktivitas masyarakat terutama yang tinggal di bantaran sungai yang membuat dampak besar. Bentuk kesiapsiagaan yang dibutuhkan adalah penyusunan dokumen rencana operasional, yang disusun berdasarkan resiko terburuk banjir, dan akan jadi panduan semua pihak dalam penanganan banjir,” terangnya.
Untuk Indeks Risiko Bencana Berau di 2024 berada di angka 148,64 poin. Walaupun mengalami penurunan dari tahun 2023 sebesar 173,74 poin, namun angka itu mash tergolong cukup tinggi.
“Tahun ini kita upayakan angka itu bisa turun menjadi kategori sedang, dan itu setidaknya setahun atau dua tahun kedepan,” tambahnya.
Dalam penyusunan dokumen kontingensi bencana khususnya banjir ini, BPBD Berau sendiri telah mengumpulkan data sumber daya manusia (SDM), peralatan dan logistik dari lintas sektor, sebagai bahan penyusunan nantinya.
“Peserta yang mengikuti penyusunan dokumen ini berjumlah 156 orang dari OPD lintas sektor. Dokumen ini nantinya akan jadi salah satu rencana operasional, dari setiap kejadian banjir. Selain itu juga untuk merespon potensi banjir secara cepat dan tepat,” bebernya.
Dokumen pengendalian banjir ini menjadi sangat penting karena sebagai panduan bagi semua pihak dalam menghadapi situasi terhadap banjir. Karena memuat skenario kejadian, analisis risiko, prosedur koordinasi, dan kebutuhan sebetulnya selama penanganan darurat. Sehingga, untuk menjamin aktivitas dokumen ini, maka proses risetnya harus terpercaya dan dilakukan secara partisipatif. (mel)