TANJUNG REDEB – Salah satu permasalahan mengapa potensi perikanan Berau kurang berkembang maksimal adalah dengan adanya tumpang tindih wilayah penangkapan ikan di perairan umum.
Dinas Perikanan (Diskan) Berau akhirnya membuat inovasi baru agar semua aktivitas menyangkut perikanan ini bisa tertata dengan rapi. Penataan tak hanya di wilayah sungai, melainkan juga di rawa dan danau.
Strategi Pengelolaan Penangkapan Ikan di Perairan Umum (Si PATIN) yang akan mengatur semua aktivitas perikanan, dengan menggunaka konsep pengelolaan berbasis geospasial.
Langkah ini bukan sekadar program administratif, melainkan strategi jangka panjang untuk menata aktivitas perikanan yang berada dalam kewenangan daerah. Dimana ini akan menguntungkan para nelayan karena memberikan kepastian hukum.
Sekretaris Diskan Berau, Yunda Zuliarsih ditemui beberapa waktu lalu menjelaskan, hingga kini Berau belum memiliki data peta geospasial, yang dapat menunjukkan secara rinci sebaran daerah tangkap. Kekosongan data itu menjadi salah satu pemicu konflik antarnelayan yang sering kali berebut wilayah.
“Selama ini kita belum memiliki data berbasis geospasial yang menetapkan zonasi tangkap di perairan umum. Akibatnya, nelayan tidak punya pegangan jelas, sehingga sering terjadi persinggungan di lapangan,” ungkapnya.
Yunda menambahkan, dengan hadirnya Si PATIN, pemerintah berupaya menetapkan batas yang jelas mengenai area tangkap. Penetapan wilayah itu akan menjadi pedoman bagi nelayan untuk menentukan lokasi operasi, sehingga mereka dapat bekerja tanpa rasa khawatir melanggar hak kelompok lain.
“Selain menata sistem, Si PATIN juga membawa manfaat ekonomi. Penataan zonasi akan membuat distribusi wilayah lebih terorganisasi, yang pada gilirannya berdampak pada peningkatan produktivitas. Dengan kata lain, kesejahteraan nelayan pun ikut terdorong,” tambahnya. (mel)