TANJUNG SELOR – Rumput laut menjadi primadona dalam mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kalimantan Utara (Kaltara). Menyusul sektor galian dan pertambangan, komoditas perikanan ini menempati posisi kedua penyumbang PAD terbesar bagi provinsi termuda di Indonesia itu.
Dua daerah di Kaltara, yakni Tarakan dan Nunukan, tercatat sebagai penghasil terbesar rumput laut yang sebagian besar langsung diekspor ke luar negeri. Sayangnya, ekspor tersebut hingga kini belum sepenuhnya berkontribusi langsung ke PAD Kaltara karena proses ekspor masih dilakukan melalui pelabuhan luar daerah, seperti Surabaya dan Makassar.

“Ini masih jadi pekerjaan rumah kita. Bagaimana caranya ekspor bisa dilakukan langsung dari Kaltara, tanpa lewat daerah lain,” ujar Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappeda & Litbang Kaltara, Dian Suryanata, Jumat (26/9).

Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltara menunjukkan, produksi rumput laut budidaya pada tahun 2024 mencapai 857.835,12 ton atau setara dengan 96,38 persen dari total produksi perikanan budidaya di wilayah ini.

Angka ini menandakan potensi besar yang sayangnya belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk menciptakan nilai tambah di dalam daerah.

“Kami di Bappeda dan Litbang mendorong agar hilirisasi rumput laut dilakukan di Kaltara. Selama ini petani hanya menjual dalam bentuk kering, lalu dikirim keluar. Kita ingin ada industri pengolahan di dalam, agar ekspor bernilai lebih tinggi dan menyumbang PAD lebih besar,” ungkap Dian.

Meski komitmen pemerintah daerah untuk mendukung petani rumput laut semakin kuat, keterbatasan infrastruktur ekspor menjadi hambatan utama. Saat ini, Kaltara belum memiliki pelabuhan ekspor langsung yang memadai.

“Petani di Nunukan dan Tarakan harus mengirim hasilnya ke Surabaya atau Makassar. Dari sana baru dikirim ke luar negeri,” kata Dian.

Meski demikian untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Provinsi Kaltara terus mendorong pembangunan pelabuhan ekspor langsung yang bisa mendongkrak pendapatan daerah secara signifikan. Gubernur Kaltara, melalui Bappeda dan DKP, telah memasukkan pengembangan pelabuhan ekspor ini ke dalam agenda prioritas pembangunan ekonomi daerah.

“Kalau pelabuhan ekspor langsung bisa terwujud, bukan hanya rumput laut yang terdongkrak, tapi semua komoditas unggulan Kaltara bisa masuk pasar global dengan lebih efisien,” terang Dian.

Rumput laut bukan hanya soal hasil laut, tapi juga masa depan ekonomi Kaltara. dan tantangannya bukan lagi produksi, tapi bagaimana mengelola dan mengekspor dari tanah sendiri untuk kesejahteraan daerah dan petani lokal. (Lia)