TANJUNG REDEB – Pemangkasan Alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang signifikan, menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kabupaten Berau.
Diketahui, pemotongan dana yang mencapai lebih dari 70 persen, memaksa pemerintah daerah berinovasi mencari sumber pendapatan baru, terutama dari sektor pariwisata, ekonomi kreatif, dan UMKM.
“Anggaran kami dipotong banyak, sekitar 70 persen lebih. Kalau dulu APBD cukup tinggi, sekarang hanya sekitar Rp2,6 triliun. Dari angka itu, Rp1,3 triliun habis untuk belanja pegawai,” ungkap Bupati Berau, Sri Juniarsih.
Dengan kondisi tersebut, Pemkab Berau hanya memiliki ruang fiskal sekitar Rp1,3 triliun untuk menjalankan seluruh program pembangunan, termasuk alokasi dana kampung yang mencapai 10 persen dari total APBD. Situasi ini membuat pemerintah daerah harus berpikir keras mencari cara agar pembangunan tetap berjalan.
“Kami harus memutar otak bagaimana caranya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD),” ujarnya.
Sri menjelaskan, pemerintah kini turut berfokus pada pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung baru perekonomian daerah. Ia menyebut, Berau memiliki potensi alam yang besar, mulai dari wisata bahari di Kepulauan Derawan hingga produk unggulan seperti cokelat lokal yang sudah diekspor ke luar negeri.
Menurutnya, sektor-sektor ini harus menjadi prioritas karena sumber daya alam seperti tambang dan sawit tidak bisa terus diandalkan.
“Tambang mungkin masih ada 30–40 tahun ke depan, tapi lama-lama akan habis. Sedangkan pariwisata akan tetap ada selama dunia ini masih ada,” pungkasnya. (Dvn)