TANJUNG SELOR – Dentuman sumpit bersahut-sahutan di Hutan Kota Bundahayati, Rabu (15/10), saat ratusan peserta dari berbagai penjuru Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, memamerkan ketangkasan mereka dalam Lomba Menyumpit Tradisional, sebuah warisan budaya Dayak yang kini kembali menggaung lewat tangan-tangan generasi muda.

 

Sebanyak 183 peserta, terdiri dari 129 pria, 51 wanita, dan 3 peserta tambahan dari desa lainnya, berlaga penuh semangat dalam ajang tahunan yang digelar untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Bulungan. Tak sekadar kompetisi, kegiatan ini menjadi simbol kuat pelestarian budaya sekaligus wadah mempererat tali silaturahmi antarwarga desa.

“Saya baru pertama kali ikut lomba seperti ini, dan bangga bisa melestarikan budaya leluhur,” ujar Titus, peserta asal Desa Terindak, Kecamatan Sekatak.

Meski belum berhasil menembus babak final, semangat Titus tak surut. Ia berharap lomba serupa bisa digelar rutin dan melibatkan lebih banyak peserta dari seluruh wilayah Kalimantan Utara.

 

“Dulu sumpit digunakan untuk berburu atau berperang. Sekarang justru menyatukan kita semua lewat kompetisi yang sehat,” tambahnya.

Antusiasme peserta tahun ini menunjukkan peningkatan signifikan dibanding pelaksanaan sebelumnya. Menurut panitia lomba, Daniel, tren ini menunjukkan minat yang kian besar terhadap olahraga tradisional menyumpit.

“Sejak pertama kali digelar pada 2022, pesertanya terus bertambah. Ini tanda baik. Tahun depan kita ingin kemas lebih besar dan menarik,” ungkap Daniel.

Lomba menyumpit bukan hanya menjadi bentuk pelestarian budaya, tapi juga terbukti mampu membangun solidaritas lintas desa. Daniel menyebut potensi besar ajang ini untuk dikembangkan menjadi event tahunan berskala kabupaten bahkan provinsi.

Bupati Bulungan Syarwani menyatakan dukungan penuhnya terhadap kegiatan tersebut. Ia menegaskan pentingnya memperkenalkan budaya menyumpit kepada generasi muda, terutama mereka yang tumbuh di era digital.

“Anak-anak kita yang lahir setelah tahun 2000 harus tahu bahwa menyumpit adalah bagian dari identitas Bulungan. Ini warisan budaya yang tak boleh hilang,” tegas Syarwani.

Sebagai bentuk nyata komitmen, Syarwani pun mengumumkan rencana besar: menggelar Festival 1000 Penyumpit Antar Desa, yang akan mengusung semangat kebersamaan sekaligus menjadi atraksi budaya berskala besar seperti Festival Sungai Kayan.

“Insyaallah, ini akan kita wujudkan. Semakin banyak yang terlibat, semakin kuat semangat kebudayaan kita,” pungkasnya. (Lia)