Samarinda – Bupati Kutai Timur (Kutim), Ardiansyah Sulaiman, menyoroti pengelolaan lahan pascatambang milik PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang dinilai belum memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.

“Saya kecewa melihat lahan-lahan eks tambang KPC yang begitu luas, tapi tidak memberi nilai ekonomi bagi warga. Padahal kalau dikelola dengan benar, lahan itu bisa menjadi sumber penghidupan baru,” tegas Ardiansyah.

Pernyataan itu ia sampaikan langsung kepada Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM RI, Tri Winarno, saat menghadiri Seminar Nasional bertajuk Optimalisasi Keberlanjutan Tambang Menuju Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Era Pascatambang yang digelar di Kantor Bupati Kutim, belum lama ini.

Ketua DPW PKS Kaltim tersebut menilai, konsep pascatambang tidak boleh dimulai setelah aktivitas tambang berhenti, melainkan harus berjalan sejak masa eksploitasi.

“Tambang harus menyisakan kehidupan, bukan lubang,” tegasnya.

Ardiansyah juga menyoroti keberadaan kebun sawit di lahan bekas tambang KPC yang sejauh ini belum memberi dampak ekonomi langsung bagi masyarakat.

“Kebun sawit itu seharusnya bisa menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat. Pemerintah daerah terbuka untuk bekerja sama dengan BUMDes atau koperasi agar manfaatnya bisa dirasakan rakyat,” ujarnya.

Ia menegaskan, tanpa perencanaan ekonomi berkelanjutan, wilayah tambang berpotensi menghadapi stagnasi setelah sumber daya alam habis.

Sebagai contoh, Ardiansyah menyebut daerah seperti Loa Kulu dan Sanga-Sanga di Kutai Kartanegara, serta Sawahlunto di Sumatera Barat, yang kini kesulitan membangun ekonomi pascatambang.

“Kita tidak mau Kutim bernasib sama. Konsep ESG (Environment, Social, Governance) harus diterapkan nyata di lapangan,” ujarnya menekankan.

Ketika ditanya mengenai perusahaan yang dinilai berhasil mengelola lahan pascatambang, Ardiansyah menyebut PT Indominco Mandiri di Teluk Pandan sebagai contoh positif. Perusahaan tersebut berhasil mengubah lubang bekas tambang (void) menjadi sumber air baku yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Ia juga mengungkapkan bahwa Pemkab Kutim tengah menyiapkan langkah konkret dengan mengembangkan Kawasan Telaga Batu Arang sebagai model ekonomi hijau pascatambang.

Kawasan ini akan difungsikan sebagai pusat pelatihan, wisata edukatif, sekaligus penyedia air bersih bagi warga.

Selain itu, Pemkab Kutim mendukung program Day Old Chick (DOC) ayam kampung unggul milik KPC yang diharapkan mampu menjadikan Kutim sebagai pusat peternakan ayam kampung di Kaltim.

“Kita ingin menciptakan ekonomi baru yang berkelanjutan. Melalui Telaga Batu Arang dan program DOC ayam kampung, Kutim siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi hijau pascatambang,” pungkasnya.