Samarinda — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto Samarinda mengingatkan masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) agar waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi pada 10 hari terakhir bulan Oktober 2025 mendatang.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto, Riza Arian Noor, mengatakan intensitas hujan diperkirakan meningkat signifikan dan berpotensi menimbulkan sejumlah dampak, seperti banjir, tanah longsor, jalan licin, sungai meluap, serta pohon tumbang akibat hujan yang disertai angin kencang dan petir.

“Hujan dengan intensitas tinggi berpotensi terjadi di beberapa wilayah Kaltim. Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap risiko bencana hidrometeorologi,” ujarnya pada Rabu (22/10/2025).

Untuk diketahui bahwa berdasarkan data, diperkirakan curah hujan Dasarian III 21–31 Oktober 2025, secara umum wilayah Kaltim akan mengalami curah hujan kategori menengah, berkisar antara 50 hingga 150 milimeter (mm), dengan peluang hujan mencapai lebih dari 80 persen.

Namun, beberapa daerah diprediksi mengalami curah hujan kategori tinggi, terutama wilayah bagian barat, seperti sebagian Kutai Kartanegara, Kutai Barat, dan Mahakam Ulu, dan wilayah bagian utara meliputi Bontang, Kutai Timur, dan Berau dengan peluang hujan mencapai 50–60 persen.

“Untuk prakiraan deterministik Dasarian III, sebagian besar wilayah Kaltim akan mengalami curah hujan 75–150 mm. Sementara di beberapa wilayah barat dan utara, curah hujan dapat mencapai 150–200 mm,” jelas Riza.

Selain itu, BMKG juga mencatat bahwa sifat hujan di sebagian besar wilayah Kaltim berada pada kategori atas normal, yakni antara 116 hingga 200 persen dibanding kondisi biasanya.

Kemudian itu, dari hasil pemantauan Hari Tanpa Hujan (HTH) pada Dasarian II Oktober 11–20 Oktober 2025 juga menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kaltim masih mengalami hujan, meski dibeberapa kecamatan terdapat periode tanpa hujan dengan durasi 1 hingga 20 hari.

“Durasi HTH terpanjang tercatat di Kecamatan Talisayan dan Tabalar (Berau), Linggang Bigung, Jempang, dan Siluq Ngurai (Kutai Barat), serta Kembang Janggut dan Muara Kaman (Kutai Kartanegara). Sementara di Paser, Kecamatan Tanah Grogot mencatat HTH hingga 13 hari,” paparnya.

Diakhir, ia mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah rawan bencana, serta pentingnya menjaga saluran air dan sistem drainase agar curah hujan tinggi tidak menimbulkan genangan maupun banjir.

X)