MARATUA – Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat. Cerita berbeda justru datang dari salah satu pulau di ujung Kabupaten Berau ini. Di pulau dengan jumlah penduduk sekitar 1000 kepala keluarga ini, kebutuhan BBM justru menjadi hal yang sangat sulit dipenuhi.

Jaraknya memang cukup jauh dari pusat Kota Tanjung Redeb. Jika melewati jalur air perjalanan yang ditempuh sekitar 3 jam dengan menggunakan speedboat. Waktu lebih lama ditempuh jika menggunakan jalur darat menuju Pelabuhan Tanjung Batu kemudian menyeberang lagi menggunakan speedboat.

Aktivitas masyarakat di sana mayoritas adalah nelayan, yang tentu saja membutuhkan kebutuhan BBM untuk menjalankan perahunya. Meskipun sudah ada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN), hal itu belum bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di salah satu objek unggulan di Berau.

“Kami sudah punya SPBN, tapi itu pun tidak bisa memenuhi kebutuhan nelayan yang ada. Bagaimana dengan masyarakat sendiri?,” ujar Camat Maratua Ariyanto ditemui beberapa waktu lalu.

Minimnya distribusi BBM ini menjadi ancaman bagi operasional pulau itu. Padahal, sebagai salah satu pulau wisata, kebutuhan akan BBM menjadi krusial. Tak hanya sektor perikanan, ada juga masyarakat umum dan pelaku usaha pariwisata yang bakal terdampak.

“Kami sudah mengusulkan pembangunan dua unit SPBU tambahan dimana satunya untuk melayani Kampung Payung-Payung dan Kampung Bohe Silian. Sementara yang lainnya ditempatkan di Kampung Teluk Harapan dan Kampung Teluk Alulu,” tambahnya.

Namun, aturan itu lantas membentur aturan teknis yang mengatr satu kecamatan hanya boleh ada satu unit SPBU saja. Dengan begini, jumlah kuota BBM yang didistribusikan ke Pulau Maratua ini diharapkan bisa bertambah, setidaknya bisa mencukupi kebutuhan 10 hingga 15 hari kedepan.

“Kalau sekarang kan BBM yang disalurkan ke Pulau Maratua itu hanya bertahan selama 2 hari saja. Tentunya ini merugikan aktivitas ekonomi masyarakat. Semoga permohonan kami bisa direalisasikan,” tutupnya. (mel)