TANJUNG SELOR – Menjelajah hutan lebat di perbatasan Kalimantan Utara, menembus jalur yang jarang dilewati manusia, lalu menyusuri sungai sepanjang hampir 282 kilometer menjadi pengalaman luar biasa dari tim WANADRI (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung), asal Bandung, yang baru saja menyelesaikan Ekspedisi Kayan 2025.
Ekspedisi yang mereka lakukan bukan sekadar petualangan. Di baliknya, WANADRI membawa misi besar mengenalkan keindahan alam, budaya lokal, sekaligus menumbuhkan semangat nasionalisme pemuda Indonesia menuju Bonus Demografi 2045.
Ekspedisi yang resmi ditutup pada 22 Agustus 2025 lalu di Desa Long Pelban, Kabupaten Bulungan. dimana 45 hari perjalanan, tim menyusuri jalur sungai dan hutan dari Desa Data Dian, Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Malinau, hingga ke perbatasan sungai di Bulungan.
Salah satu tantangan terbesar adalah menyusuri Sungai Kayan sejauh 282 kilometer. Dengan menggunakan river boat, oars boat, dan kayak, tim menghadapi derasnya arus, jeram, serta cuaca yang tak menentu selama 45 hari berturut-turut.
“Giram-giram di Sungai Kayan membuat tim semakin solid dan banyak belajar menghadapi medan ekstrem,” ujar Amri, Komandan Operasi Ekspedisi, Minggu 31 Agustus.
Selain petualangan alam, tim juga berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mereka mengadakan pengecekan kesehatan gratis, sesi berbagi dengan warga, hingga mendokumentasikan kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat Apau Kayan.
“Sungai Kayan punya potensi energi besar, tapi kita harus jaga keseimbangannya agar alam tetap lestari,” ungkap Mochamad Azis, Ketua Umum Ekspedisi Kayan.
Dalam ekspedisi sambung pria yang akrab disapa Azis segala momen dalam ekspedisi dari tantangan di sungai hingga kehangatan bersama warga lokal dikemas dalam sebuah film dokumenter yang telah dibungkus oleh tim.
Dan menurut Azis, Sungai Kayan menyimpan potensi besar dari energi, ekowisata, hingga arung jeram kelas dunia. Namun, akses yang masih sulit menjadi tantangan utama.
“Jika infrastruktur ditingkatkan, kawasan seperti Riampeko hingga Riamungun sampai Nahagamang bisa jadi destinasi arung jeram internasional,” jelasnya.
Kemudian cerita yang dikemas dalam dokumenter itu lanjutnya akan diberikan kepada khalayak banyak bahwa di wilayah pendalaman di provinsi termudah di Indonesia ini memiliki keindahan dan nilai penting.
Adapun Rute ekspedisi: Desa Data Dian – Long Pelban (Malinau – Bulungan)
• Durasi: 60 Hari (45 hari pengarungan)
• Jarak Sungai: 282 KM
• Peserta: WANADRI + Dukungan Pemda, Kampus, Media & Komunitas Lokal
• Misi: Edukasi, Konservasi, Budaya, Nasionalisme
“Ekspedisi ini jadi bukti bahwa semangat mencintai negeri bisa dimulai dari mengenal lebih dalam alam dan budaya Indonesia,” ungkap Azis.
Menutup ekspedisi di bagian utara di Indoensia,ekspedisi WANADRi juga mendapatkan pemerintah daerah (Pemda) melalui Wakil Gubernur Kalimantan Utara, Ingkong Ala, M.Si. “Saya bangga dan mendukung penuh. Apalagi saya sendiri berasal dari Long Nawang. Potensi alam dan budaya kita luar biasa,” ucapnya.
Ingkong berharap dokumentasi perjalanan ini bisa menjadi sarana promosi untuk menarik wisatawan dan investor. “Kalau bisa dijual ke luar negeri, tayangkan lebih luas,” tambahnya.
Awalnya ekspedisi dijadwalkan selama 45 hari. Namun, karena kondisi lapangan yang berat, perjalanan pun molor hingga 64 hari.
Tim WANADRI dijadwalkan kembali ke Bandung pada 1 September 2025 lewat jalur Tarakan. Meski penuh tantangan, mereka mengaku bersyukur bisa menuntaskan ekspedisi ini.
“Tidak semua orang bisa masuk ke wilayah sedalam ini. Kami merasa beruntung bisa melihat langsung keindahan alam yang belum banyak dijamah manusia,” tutup Azis. (Lia)