TANJUNG REDEB – Harga beras di Kabupaten Berau cenderung lebih mahal ketimbang daerah lain di Kalimantan Timur. Bahkan, terkadang harga salah satu kebutuhan pokok ini bisa sampai melambung tinggi. Lantas, apakah penyebabnya?

Ditemui Rabu (20/8/2025) siang, Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan menyebut jika untuk harga eceran tertinggi (HET) beras di Kabupaten Berau belum bisa dipenuhi.

“HET kita itu kan memang sudah tinggi ya, misalnya harga di sawah yang diambil oleh Bulog misalnya harganya Rp6.500 sesuai dengan harga pembelian pemerintah. Harga itu dengan perkiraan 50 persen, anggaplah 50 persen itu sudah Rp13.000. Kemudian kalau digiling dan dijadikan beras itu HET-nya itu Rp13.100. Dalam Rp100 itu kan tidak mungkin untuk biaya pengeringan, biaya angkut, biaya pengemasan, keuntungan,” bebernya.

Atas dasar itulah, HET untuk Kalimantan, khususnya di Kabupaten Berau itu tidak mungkin bisa dipaksakan. Sehingganya, diharapkan semua pihak bisa menyadari masalah itu.

“Dengan masalah HET itu, kita mengantisipasi ketersediaan pangan jangan sampai masyarakat resah, kemudian pengusaha was-was dan terjadi kelangkaan,” tambahnya.

Salah satu dampak jika HET beras dipaksakan mengikuti pusat, otomatis akan hilang petani-petani Berau. Apalagi saat ini belum ada lagi suplai petani bagi beras untuk ASN, karena harganya yang sudah tidak masuk.

“Biasanya kami kemarin Rp15.000 per kilogram itu jadi Rp75.000 per 5 kilo, sementara itu sudah ada dari petani. Terlebih, sebagian beras juga masih didatangkan dari luar masih. Nah distributor tidak akan sanggup menjual dengan harga HET bahkan akhirnya berhenti, berhenti mendatangkan beras. Ini berpotensi terjadinya kekurangan stok beras Berau,” tutupnya. (mel)