Samarinda — Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Kalimantan Timur (Kaltim), Irjen Pol Endar Priantoro, menegaskan bahwa media sosial memiliki peran penting dan dapat memberikan pengaruh dalam membentuk presepsi publik.

Perihal itu ia sampaikan, saat mengikuti simulasi Sistem Keamanan Kota (Siskamkota) di Stadion Gelora Kadrie Oening, Kota Samarinda, pada Sabtu (31/10/2025) kemarin.

Kepada awak media, ia mengungkapkan bahwa kekuatan media sosial dalam membentuk opini publik sudah melampaui ruang komunikasi tradisional. Akan tetapi, pengaruh besar itu sering di salahgunakan untuk menyebarkan berita bohong, provokasi, dan informasi tidak terverifikasi.

“Media sosial yang tidak digunakan secara bertanggung jawab sangat mudah menjadi sarana penyebaran disinformasi. Inilah bahaya yang harus kita waspadai,” tegasnya.

Ia menambahkan, informasi palsu menyebar jauh lebih cepat daripada klarifikasi resmi. Banyak masyarakat langsung mempercayai apa yang dibaca tanpa melakukan verifikasi, sehingga persepsi terhadap situasi keamanan bisa melenceng dari fakta.

“Berita bohong dapat membentuk opini publik yang tidak objektif. Masyarakat bisa ikut terprovokasi tanpa tahu kebenarannya,” jelasnya.

Situasi ini, menurutnya, berpotensi memperburuk kondisi keamanan, terutama menjelang pemilu, aksi unjuk rasa, maupun bencana yang membutuhkan stabilitas sosial tinggi.

Selain menjaga keamanan fisik melalui simulasi lapangan, Kepolisian Daerah Kaltim juga mengintensifkan patroli siber untuk mendeteksi dan menindak penyebaran hoaks.

Oleh karena itu ia menegaskan bahwa Polri, TNI, dan pemerintah daerah siap memberikan klarifikasi resmi terhadap isu-isu yang beredar di masyarakat.

“Cek dan ricek informasi sebelum percaya. Kalau ragu, silakan klarifikasi. Kami dari kepolisian, TNI, dan pemerintah daerah siap memberikan penjelasan,” ujarnya.

Endar juga memastikan bahwa aparat keamanan kini tidak hanya fokus pada ancaman nyata dilapangan, tetapi juga ancaman digital yang bisa memicu konflik sosial secara luas.

Diakhir Polisi lulusan Akademi Polisi (AKPOL) 1994 itu, juga turut mengajak masyarakat agar lebih bijak dan cerdas dalam menggunakan media sosial, serta mengedepankan literasi digital sebagai benteng utama menghadapi arus informasi.

“Mari kita jadikan media sosial sebagai ruang berbagi hal positif dan inspiratif, bukan sarana provokasi dan kebencian,” pungkasnya.

(*)