Hidayat menyoroti pentingnya adaptasi model bisnis yang tetap berakar pada kekuatan lokal namun dikemas secara modern. Salah satu contoh yang ia angkat adalah bisnis “kopi keliling” yang kini mulai banyak diminati.
“Ini bentuk inovasi menarik yang bisa menjaga identitas produk lokal, sambil menjawab kebutuhan pasar modern. Adaptif, tapi tidak kehilangan esensi,” jelasnya.
Menurutnya, di tengah perkembangan teknologi dan pola konsumsi yang berubah, pelaku UMKM harus mampu bertransformasi. Inovasi semacam ini bukan hanya strategi bertahan, tapi juga peluang untuk berkembang lebih besar.
Diskoperindag Berau, lanjutnya, selama ini juga aktif dalam melakukan pendampingan kepada pelaku UMKM, baik dalam hal produksi, pemasaran, hingga akses ke pasar modern dan tradisional.
“Kami tampilkan program-program pendampingan yang sudah berjalan agar mahasiswa dan pelajar punya gambaran konkret. Mereka bisa jadi pelaku atau mitra dalam pengembangan UMKM ke depan,” ujarnya.
Hidayat menilai, kegiatan seperti ini tidak hanya memperluas pengetahuan soal dunia usaha, tetapi juga membentuk karakter kepemimpinan dan komunikasi generasi muda. (Dvn)