TANJUNG REDEB – Paguyuban Sriwedari Kabupaten Berau genap berusia 40 tahun. Momentum ini diperingati dalam suasana hangat dan penuh makna dalam acara Malam Tasyakuran yang digelar di kediaman Pakde Toni, tokoh masyarakat Jawa di Berau, Sabtu malam, 24 Mei 2025.
Sekretaris Daerah Kabupaten Berau, Muhammad Said, hadir mewakili Bupati Sri Juniarsih Mas. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi atas peran aktif Paguyuban Sriwedari dalam menjaga dan merawat kebudayaan, khususnya seni dan tradisi Jawa, di tengah keberagaman masyarakat Berau.
“Ajang silaturahmi ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kekompakan antaranggota, baik di lingkungan Sriwedari maupun paguyuban pilar Ikapakarti,” ujar Muhammad Said.
Acara yang berlangsung meriah itu turut dihadiri oleh para staf ahli Bupati Berau, Camat Tanjung Redeb Toto Marjito, kepala organisasi perangkat daerah (OPD), Sekretaris Jenderal DPD Ikapakarti Berau Aan Wibowo, para ketua paguyuban dan tokoh masyarakat.
Dengan mengusung tema ‘Ngleluri Ngadat’, Nyambung Silaturahmi, yang bermakna Merawat Tradisi, Menjalin Silaturahmi, peringatan 40 tahun Sriwedari diharapkan menjadi ruang untuk membangun kembali nilai-nilai kebudayaan yang mulai memudar, khususnya di kalangan generasi muda.
Ketua Paguyuban Sriwedari Berau, Mulyadi, menyebut usia 40 tahun sebagai usia yang matang bagi sebuah organisasi kebudayaan. Ia berharap momen ini menjadi titik awal kebangkitan kesenian khas Jawa, terutama pertunjukan wayang kulit yang sempat lama tidak digelar.
“Kami ingin menjadikan Sriwedari sebagai wadah pembelajaran budaya. Tradisi bukan sekadar simbol, tetapi nilai-nilai hidup, seperti tata krama, unggah-ungguh, dan sopan santun yang harus diwariskan kepada generasi muda,” kata Mulyadi.
Menurutnya, Sriwedari hadir bukan hanya untuk melestarikan budaya, tetapi juga sebagai perekat sosial masyarakat lintas generasi dan latar belakang. “Semoga acara ini menjadi sarana bagi kita semua untuk belajar, berbagi, dan tumbuh bersama,” imbuhnya.
Pemerintah Kabupaten Berau, lanjut Muhammad Said, mendukung penuh keberadaan dan kiprah paguyuban seperti Sriwedari. Ia menyebut keberagaman budaya di Berau sebagai salah satu kekuatan dalam pembangunan daerah. “Jika kita jaga kebersamaan dan kekompakan, maka daerah ini akan senantiasa rukun dan tenteram. Pembangunan pun dapat berjalan lancar,” ucapnya.
Peringatan 40 tahun Paguyuban Sriwedari menjadi simbol kuat dari upaya pelestarian budaya, sekaligus bentuk nyata kolaborasi antara pemerintah daerah dan komunitas budaya. Di tengah arus modernisasi yang kian deras, Sriwedari tampil sebagai pengingat bahwa identitas budaya adalah pondasi penting bagi harmoni dan pembangunan sosial. (yf)