TANJUNG REDEB – Kebutuhan sekolah inklusi di Kabupaten Berau semakin mendesak. Terlebih setelah adanya temuan puluhan anak berkebutuhan khusus (ABK) atau Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK) di salah satu kampung.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Berau, Rabiatul Islamiah juga menyebut jika kebutuhan sekolah inklusi ini perlu dihidupkan kembali dan diperluas cakupannya.
“Temuan ini cukup mengejutkan dan menjadi alarm bagi kita semua. Ada 31 anak yang kami temukan di satu kampung saja. Artinya, kebutuhan terhadap pendidikan inklusif bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi kebutuhan nyata dan mendesak,” ujarnya belum lama ini.
Lebih lanjut, Rabiatul mengungkapkan, pihaknya juga telah melakukan kunjungan ke berbagai lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK). Dan ternyata mayoritas telah menerima anak-anak dengan kebutuhan khusus, meski dengan keterbatasan fasilitas dan pemahaman pedagogik dari para pengajarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Berau, Mardiatul Idalisah juga mengakui jika kebutuhan pendidikan khusus bagi ABK sangat urgent di Kabupaten Berau. Meskipun sekolah biasa baik negeri maupun swasta bisa membuka sekolah inklusi, namun untuk tenaga pendidiknya masih sangat terbatas.
“Semua sekolah Bisa menjadi sekolah inklusi, tapi bagaimana dengan gurunya? Itu yang sedang kami upayakan sekarang. Disdik Berau terus berusaha agar semua anak di Berau bisa mendapatkan akses pendidikan yang sama,” terangnya.
Angin segar pun ditunjukkan oleh Sekolah Luar Biasa (SLB) Tanjung Redeb. Komitmennya untuk terlibat aktif dalam proses pelatihan guru-guru sekolah umum juga ditunjukkan. SLB ini akan menjadi mitra pelatihan bagi guru yang ingin belajar bagaimana menghadapi dan mengajar ABK dengan pendekatan yang tepat. (mel)