TANJUNG SELOR – Pasar murah yang digelar oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kalimantan Utara (Disperindagkop UKM Kaltara) pada Selasa (2/9) pagi di Lapangan Agatis Tanjung Selor disambut antusias warga. Namun, antusiasme tersebut berubah menjadi kekecewaan.

Sejumlah warga yang sudah mengantre sejak pagi mengaku tidak kebagian paket sembako murah. Bahkan, sebelum nomor antrean mencapai urutan belasan barang dagangan dikabarkan sudah ludes terjual.

“Saya datang dari jam 7 pagi, dan karena mereka (Panitia) pasar murah lakukan senam kita menunggu dan ketika sudah selesai, baru sebentar antri, panitia sudah bilang barang habis. Belum nomor 15 padahal!” keluh Ester, warga yang tampak kecewa berat.

“Kalau seperti ini, mending nggak usah kasih promosi. Capek antri, nggak dapat apa-apa,” tambahnya geram.

Hal senada disampaikan Juarta, warga lain yang mengaku baru tiba di lokasi namun sudah kehabisan barang. “Baru sampai lokasi, ternyata sembakonya sudah habis. Kaget juga, padahal masih pagi,” ujarnya singkat.

Menanggapi keluhan warga, Kepala Disperindagkop dan UKM Kaltara, Hasriyani, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari uji coba program pasar murah yang akan menjadi agenda rutin. Ia mengakui jumlah barang memang masih terbatas.

“Ini memang agenda awal, kami masih mencari formula terbaik untuk pasar murah ke depan. Harapannya bisa lebih merata dan tepat sasaran,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa pasar murah ini merupakan bagian dari kolaborasi kegiatan rutin pasca senam pagi yang digelar pemerintah.

“Kami ingin menggabungkan kegiatan olahraga dengan promosi produk lokal dan pasar murah agar lebih bermanfaat bagi masyarakat,” tambahnya.

Meski niat baik pasar murah sangat diapresiasi, warga berharap pelaksanaan ke depannya bisa lebih terorganisir. Mulai dari sistem antrean yang adil, jumlah barang yang mencukupi, hingga informasi yang lebih transparan.

Pasar murah seperti ini memang sangat dibutuhkan, terutama di tengah naik-turunnya harga kebutuhan pokok. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, potensi kecewa masyarakat bisa jadi lebih besar dari manfaat yang diharapkan. (Lia)