TANJUNG REDEB – Produksi padi dan jagung di Kabupaten Berau hingga kini masih belum maksimal. Data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) mencatat, produktivitas jagung yang seharusnya mampu mencapai 12 ton per hektare, rata-rata baru berkisar di angka 6–7 ton. Sementara itu, hasil panen padi juga mengalami penurunan akibat cuaca ekstrem El Niño serta keterbatasan pupuk bersubsidi.

Namun di balik permasalahan teknis tersebut, terdapat persoalan mendasar yang lebih serius, yakni regenerasi petani yang belum berjalan baik. Situasi ini bukan karena generasi muda enggan bertani, melainkan karena belum ada keberpihakan dan belum ramah terhadap anak muda yang ingin menekuni dunia pertanian.

“Anak-anak muda sebenarnya punya minat dan semangat. Tapi kalau mereka tidak diberi ruang, tidak diberi fasilitas, dan tidak ada keberpihakan, tentu sulit untuk bertahan. Pertanian akhirnya tetap didominasi oleh generasi tua,” ujar Dwi Rizky Ananda, Ketua DPC PTI Berau.

Hingga saat ini, dukungan yang diberikan lebih banyak menyasar petani yang sudah lama berjalan. Generasi muda yang ingin mulai merintis seringkali terbentur pada berbagai kendala: akses permodalan yang terbatas, teknologi pertanian modern yang sulit dijangkau, hingga pasar yang belum terbuka luas bagi produk mereka.

Banyak kalangan menilai, ketika tidak ada keberpihakan dan langkah ramah bagi generasi baru, maka peluang regenerasi petani akan semakin kecil. Padahal, di tengah tantangan global dan kebutuhan pangan yang terus meningkat, keberadaan petani muda menjadi kunci.

Generasi muda memiliki keunggulan pada aspek inovasi, kreativitas, dan penguasaan teknologi digital. Jika diberi ruang, mereka mampu memperkenalkan cara bertani modern, meningkatkan kualitas hasil panen, hingga memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk ke pasar yang lebih luas.

Tanpa adanya keberpihakan dan sistem yang ramah, sektor pertanian di Berau berisiko kehilangan tenaga produktif di masa depan. Produksi padi dan jagung bukan hanya akan tetap stagnan, tetapi juga bisa semakin menurun karena jumlah petani terus berkurang.

Kini, banyak pihak mendorong agar pemerintah daerah memberikan perhatian lebih kepada generasi muda melalui program pertanian berbasis inovasi, kemudahan akses modal, hingga pendampingan berkelanjutan. Harapannya, pertanian bukan hanya menjadi pilihan pekerjaan, melainkan juga sumber kebanggaan bagi anak muda Berau. (*)