TANJUNG SELOR – Pemerintah Kabupaten Bulungan bersama GIZ melalui program Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan yang Berkelanjutan dan Responsif terhadap Perubahan Iklim (PLHL) menandatangani komitmen bersama kemitraan multi pihak untuk mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam penurunan angka stunting.
Kegiatan ini digelar di Ruang Rapat Sekretaris Daerah Bulungan, Kamis (6/11/2025). Penandatanganan komitmen ini diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari unsur pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi perempuan, hingga kader kesehatan.
Dua wilayah menjadi fokus utama intervensi, yaitu Kelurahan Tanjung Selor Timur dan Desa Jelarai, yang masih mencatat kasus stunting cukup tinggi.
Wakil Bupati Bulungan, Kilat, A.Md, menegaskan bahwa persoalan stunting tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu pihak. Diperlukan sinergi dan komitmen nyata dari semua elemen masyarakat.
“Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar karena semua sudah tahu betapa pentingnya persoalan stunting ini. Namun saya merasa sedih, karena ternyata masih ada sekitar 38 anak yang terkena stunting di Tanjung Selor Timur, yang notabene ada di wilayah kita sendiri,” ungkapnya.
Kilat menekankan perlunya langkah konkret dan berkesinambungan di lapangan agar penurunan stunting benar-benar terasa dampaknya.
“Mari kita berkomitmen bersama. Kita harus turun langsung agar tahu kendala yang dihadapi masyarakat. Saya berharap posyandu dan ibu-ibu PKK terus diberdayakan untuk mendeteksi dini dan menindaklanjuti setiap kasus stunting,” tegasnya.
Wabup juga meminta agar setiap instansi menyampaikan laporan berbasis data akurat.
“Laporan selanjutnya harus mencantumkan data by name by address agar langkah kita lebih terukur. Saya ingin desa dan kecamatan lain juga termotivasi untuk berbuat nyata bagi anak-anak kita,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bappeda dan Litbang Bulungan, Iwan Sugiyanta, ST., MT., mengungkapkan bahwa angka stunting di Bulungan terus menunjukkan tren positif.
“Pada tahun 2023 prevalensi stunting mencapai 22,6 persen, dan kini turun menjadi 15,9 persen. Ini hasil kerja keras dan kolaborasi semua pihak,” jelas Iwan.
Ia menuturkan, program penanganan stunting di Bulungan melibatkan banyak unsur, termasuk BAZNAS yang memberikan bantuan kepada keluarga berisiko stunting, serta Kementerian Agama yang berperan dalam pencegahan pernikahan dini.
“Dinas Kesehatan juga memperkuat pemberian tablet tambah darah bagi anak usia SMP. Di Tanjung Selor Timur sendiri, ada 38 kasus stunting dari 340 keluarga berisiko yang harus segera mendapat pendampingan,” ujarnya.
Iwan juga menyoroti pentingnya perbaikan infrastruktur dasar seperti sanitasi dan akses air bersih.
“Masih ada keluarga yang secara ekonomi mampu, tetapi belum memiliki jamban layak. Ini perlu perhatian bersama,” tambahnya.
Melalui komitmen lintas sektor ini, Pemerintah Kabupaten Bulungan optimistis mampu mempercepat penurunan angka stunting sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak-anak Bulungan menuju generasi emas 2045. (Adv/Lia)


